
Medan –
Mandailing adalah salah satu suku bangsa di Sumatera Utara yang menempati bagian selatan Tapanuli. Masyarakat Mandailing memiliki berbagai tradisi dalam kehidupannya.
Berdasarkan jurnal berjudul Hikmah Mandailing dalam Tradisi Markobar karya Dosen Universitas Negeri Medan, Fauziah Khairani Lubis dikutip Sumu detikt, Minggu (23/10/2022), ada 14 tradisi lisan suku Mandailing.
Dimana diantara 14 tradisi tersebut, terdapat tradisi yang sudah tidak ditemukan lagi di tengah masyarakat atau sudah punah.
“Jika tabel di atas dicermati secara seksama sesuai dengan keberadaan tradisi lisan Mandailing saat ini, dapat disimpulkan betapa terancamnya tradisi lisan suku Mandailing, bahkan ada yang hilang sama sekali,” tulis jurnal tersebut.
Tradisi lisan ini menggunakan diksi atau satra yang sarat dengan bahasa Mandailing yang enak didengar. Bahasa yang disampaikan sarat akan makna yang dalam.
Berikut 14 Tradisi Lisan Suku Mandailing:
1. Khawatir
Mangambat (mencegah) adalah upacara untuk mencegah pengantin wanita dibawa pergi oleh pengantin pria. Pengantin pria adalah anak dari saudara perempuan ayah pengantin wanita.
Sepupu mempelai wanita akan mencoba memblokir dan berdialog dengan diksi tertentu. Saat ini tradisi tersebut sudah mulai jarang diterapkan di suku Mandailing.
2. Bayangkan
Mangandung adalah jenis duka cita dan duka cita berupa nyanyian istri, seperti saat suami atau menantunya meninggal dunia. Tradisi ini sudah tidak ada lagi di Mandailing.
3. Mangalehen Mangan
Mangelehen mangan adalah tradisi upa-upa (berdoa untuk kebaikan) bagi gadis yang akan menikah. Tradisi lisan ini juga hampir punah.
4. Mangupa
Mangupa mirip dengan mangelehen, hanya saja tradisi lisan ini dilakukan untuk anak laki-laki. Selain perkawinan, mangupa juga dilakukan saat anak selamat dari musibah, meraih prestasi dan sebagainya.
Biasanya ada makanan khususnya gulai ayam di mangupa ini. Saat ini tradisi ini juga hampir punah.
5. Manajer
Manjeir adalah tradisi lisan yang digunakan untuk mengiringi tarian adat Mandailing, tor-tor. Tradisi ini juga kini hampir punah.
6. Kebosanan
Marlok-loko merupakan tradisi lisan yang digunakan sebagai pembicara pengantar pada saat upacara adat. Tradisi ini juga hampir punah.
7. Marbu-bue
Marbue-bue adalah tradisi lisan yang dilakukan oleh seorang ibu ketika hendak menidurkan anaknya dengan cara bersenandung. Tradisi ini juga hampir punah.
8. Marburas
Marburas adalah tradisi lisan menceritakan kisah-kisah lucu atau anekdot di warung kopi, di depan umum atau di tempat tidur. Tradisi ini juga langka.
9. Marcobar
Markobar merupakan tradisi lisan yang digunakan pada acara pernikahan dan acara lainnya, biasanya tokoh adat dan desa akan bertutur dalam satu tempat.
10. Hooligan
Maronang-onang adalah lagu pengantar tari tor-tor untuk remaja dan dewasa muda. Tradisi ini juga langka.
11. Marsitogol/Jengjeng
Marsitogol/jengjeng adalah senandung duka yang diiringi seruling atau uyup-uyup. Tradisi ini semakin sulit ditemukan.
12. Martir
Marturi merupakan tradisi lisan yang menyampaikan cerita dongeng atau cerita rakyat. Tradisi ini sudah tidak ada lagi di Mandailing.
13. Marungut
Bersenandung adalah cara menggambarkan suasana yang bermasalah dengan bersenandung. Tradisi ini juga sudah mulai hilang.
14. Marmayam
Marmayam adalah sejenis permainan anak-anak yang menggunakan bahasa Mandailing sebagai pengusul permainan. Tradisi ini juga sudah dimulai
Simak Video “Mengenal Tradisi Kenduren Udan Dawet di Boyolali”
[Gambas:Video 20detik]
(afb/afb)