
Medan –
Sinamot atau mahar untuk menikahi seorang gadis dari suku Batak disebut mahal. Betulkah?
Direktur Batakologi Universitas HKBP Nommensen, Manguji Nababan memberikan penjelasan terkait hal tersebut. Pada mulanya Manguji menjelaskan tentang sejarah awal kayu manis.
“Ketika seorang perempuan Batak diminta untuk menikah dengan laki-laki dari ras lain. Selama dia masih tinggal bersama orang tuanya, dia bekerja untuk orang tuanya. Dibutuhkan kekuatannya untuk melakukan pekerjaan dengan orang tuanya. Ketika dia menikah, tentu ada kekurangan tenaga di keluarganya, karena nanti sama suaminya. Jadi sebagai pengganti staf yang pindah, dikasih sinamot,” kata Manguji kepada wartawan, Minggu (18/9/2022).
“Jelas, secara filosofis pemberian benda atau mata uang seperti sekarang bukanlah peristiwa jual beli. Tidak ada perempuan Batak yang dijual, jadi bukan peristiwa ekonomi. Itu lebih bisa diartikan sebagai nilai, bukan harga,” dia melanjutkan.
Manguji mengatakan, sinamot ini sudah menjadi tradisi sejak zaman dulu. Sebelum ada mata uang, sinamot ini disebut benda.
“Asal muasal sinamot adalah pemberian berupa benda. Pada awalnya sinamot berbentuk benda, saat belum ada mata uang. Synamot sudah ada sebelum mata uang dikenalkan. Bentuk sinamot bisa sapi, emas, dan benda-benda berharga lainnya. Synamot juga bisa berupa pohon,” kata Manji.
Seiring berjalannya waktu, di zaman modern ini, sinamot diberikan dalam bentuk uang. Namun, sekali lagi Manguji menegaskan, sinamot bukanlah proses jual beli perempuan Batak.
“Yang harus dipahami secara jelas oleh generasi Batak adalah tidak ada jual beli anak perempuan bagi orang Batak,” ujarnya.
Kemudian mengenai jumlah uang atau nilai barang yang dijadikan sinamot merupakan hasil kesepakatan antara keluarga laki-laki dengan keluarga perempuan yang akan dinikahkan.
“Sinamot ada tahapan yang harus dilalui, misalnya yang pertama kalau cewek dan cowoknya sudah pacaran. Kalau ceweknya serius, dia bilang ke orang tuanya. Lalu ada yang namanya Marhusip, seperti penjajakan. orang tua laki-laki dan perempuan berbicara, berapa yang disampaikan (sinamot). Lalu ada marhata sinamot, yang disampaikan berapa yang disepakati dari proses marhusip tadi,” ujarnya.
Semakin besar kayu manis, semakin besar hadiahnya. Selengkapnya baca di halaman berikut…
Saksikan Video “Perayaan Karnaval Budaya Dengan Membawa Ikon Relief Candi Borobudur”
[Gambas:Video 20detik]