
Jakarta –
Sejumlah dosen Universitas Indonesia (UI) mengembangkan perangkat fototerapi selimut portabel inovatif yang disebut BLUI Blanket. Selimut ini digunakan untuk bayi dengan penyakit kuning neonatorum atau penyakit kuning setelah melahirkan.
BLUI adalah singkatan dari Blue Light Universitas Indonesia, sebuah produk inovasi kerjasama antara Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM UI) dan Fakultas Teknik (FT UI).
Dosen yang melakukan penelitian adalah dr. Tubagus Ferdi Fadilah, SpA, MKes (FKM UI), Prof dr Asri Adisasmita, MPH, MPhil, PhD (FKM UI), Prof Dr Ir Raldi Artono Koestoer DEA (FT UI), Ibnu Roihan, ST, MT (FT UI), Dr dr Johanes Edy Siswanto, SpA(K), PhD (PKIAN RSAB Harapan Kita/FK UPH).
Memperoleh Sertifikat Uji dari BPFK Kemenkes RI Jakarta
Riset yang dilakukan sejak tahun 2019 ini merupakan satu-satunya selimut fototerapi buatan lokal yang memenuhi syarat uji produk Balai Pengamatan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta.
Alat ini telah melalui berbagai kriteria pengujian yang meliputi pengukuran
keamanan listrik, uji kinerja, uji intensitas cahaya, uji suhu matras dan uji kehandalan dengan menyalakannya selama 14 hari non stop.
Dikutip dari laman resmi kampus pada Selasa (22/11/2022), BLUI Blanket dinyatakan lulus uji dan mendapat surat keterangan uji pada 21 Februari 2022 dari BPFK, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kebanyakan terapi saat ini masih menggunakan alat fototerapi konvensional, yang paling sering digunakan di beberapa rumah sakit adalah lampu tabung neon fototerapi dan lampu proyektor LED.
Data prevalensi di Indonesia mencatat sebanyak 13,2% – 58% pengobatan bayi yang menderita penyakit kuning melalui penyinaran konvensional memiliki keterbatasan, karena memisahkan ibu dan bayi, membatasi pemberian ASI eksklusif, menimbulkan tambahan biaya rawat inap, dan kurang mobile.
Penggunaan selimut fototerapi dengan serat optik masih sangat terbatas dan cukup mahal. Inilah alasan mengapa penggunaan selimut fototerapi Light Emitting Diode (LED) dapat dipertimbangkan sebagai metode alternatif.
Keuntungan Fototerapi dengan Selimut
Keuntungan menggunakan fototerapi dengan selimut adalah membuat ikatan antara ibu dan bayi lebih nyaman, serta memudahkan ibu untuk menyusui secara langsung. Sayangnya, harga selimut fototerapi cukup mahal.
Oleh karena itu para dosen UI penelitian terfokus pada pengembangan selimut fototerapi sederhana menggunakan sirkuit LED.
Selain dapat menekan biaya produksi lebih terjangkau, penyederhanaan alat ini juga menjadi keunggulan, mulai dari mudah digulung dan dibawa, ringan, menghasilkan radiasi yang lebih merata, dan fleksibel.
Tentunya hal ini akan memudahkan pendistribusian dan penggunaan di seluruh FKTP di Indonesia dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Berdasarkan alasan tersebut, maka peneliti mengembangkan selimut fototerapi LED Blanket BLUI.
Selimut BLUI Mudah Dibawa dan Digunakan di Rumah
Dibandingkan dengan bentuk fototerapi standar, BLUI Blanket menggunakan lembaran LED cahaya biru dengan panjang gelombang 450-470 nm sebagai sumber cahaya, membuatnya lebih fleksibel dan ringan, memungkinkan untuk dibawa ke fasilitas kesehatan di manapun, bahkan digunakan di rumah.
Sistem Blanket BLUI terdiri dari tiga komponen yaitu lampu LED, rangkaian pembalut yang terbuat dari selimut, dan alas dacron sebagai alas kasur empuk untuk bayi. Dua bahan terakhir dapat dicuci dan digunakan kembali sehingga tetap bersih dan ekonomis.
Untuk inovasi dosen UI Jika hal ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka akan dilakukan penelitian Randomized Controlled Trial (RCT) untuk mengevaluasi efektivitas selimut fototerapi Blanket BLUI dibandingkan alat fototerapi konvensional pada bayi dengan penyakit kuning.
Tonton Video “Kisah Seorang Petani Tionghoa yang Lulus Kuliah”
[Gambas:Video 20detik]
(fase/fase)