
Jakarta –
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi hujan lebat, awan cumulonimbus, dan gelombang tinggi untuk sepekan ke depan menyusul fenomena Maden Jullian Oscillation (MJO).
Dari hasil pemantauan tersebut, fenomena Maden Julian Oscillation (MJO) diprediksi akan kembali aktif di Indonesia bagian barat.
MJO adalah fenomena fluktuasi utama dalam cuaca tropis dalam rentang minggu hingga bulan. Dalam website BMKG Maritim, MJO dikatakan sebagai kegiatan intramusiman yang terjadi di daerah tropis yang dapat dikenali berupa pergerakan kegiatan konvektif yang bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik yang biasanya terjadi setiap 30 sampai 40 hari.
Selain itu, BMKG juga mendeteksi Monsun Asia masih cukup aktif dengan teridentifikasi aliran lintas ekuator, kemudian terjadi slow wind dan wind bends juga terbentuk di sekitar wilayah Indonesia.
Sebagai informasi, Monsun Asia merupakan angin yang bergerak dari barat membawa massa udara lebih banyak.
Guswanto menjelaskan benih siklon tropis 94S teramati di Samudera Hindia barat daya Lampung dengan kecepatan angin maksimum 37 km/jam dan tekanan udara minimal 1005,0 mb dan benih siklon tropis 90B teramati di Samudera Hindia barat. Aceh dengan kecepatan angin maksimum 37 km/jam, tekanan udara minimum 1006,0 mb.
Potensi dua siklon tropis untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan masuk dalam kategori Rendah. Situasi ini akan mempengaruhi cuaca di Indonesia minggu depan, di mana awan hujan yang tumbuh akan menyebabkan cuaca ekstrim, seperti dikutip detikEdu pada Sabtu (28/1/2023).
Berdasarkan prakiraan berbasis dampak, berikut beberapa wilayah dengan potensi peringatan, potensi dampak hujan lebat pada 28-30 Januari 2023:
Aceh, Sumatera Barat, Kepulauan Bengkulu, Riau, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara
Daerah Berpotensi Hujan Sedang-Lebat
Berdasarkan kondisi tersebut, selama sepekan ini, 28 Januari – 2 Februari 2023, perlu diwaspadai potensi hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah, yaitu:
Aceh, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Tengah Sulawesi, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku, Papua Barat
Potensi Awan Kumulonimbus
Selain itu, BMKG menyebut MJO memicu potensi awan cumulonimbus dengan persentase tutupan spasial maksimal antara 50-75% (OCNL/Occasional) pada 28 Januari hingga 3 Februari 2023.
Awan Cumulonimbus diprediksi terjadi di Laut Cina Selatan, Samudera Hindia Barat Sumatera, Jawa Tengah, Samudera Hindia Selatan Jawa – NTT, Kalimantan Tengah, Laut Bali, Laut Sulawesi, Laut Flores, Maluku Utara, dan Samudera Pasifik Utara Papua.
Kemudian di sebagian kecil Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Bangka Belitung, Lampung, Laut Andaman, Teluk Benggala, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Selat Sunda, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Laut Jawa, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah.
Juga terjadi di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Selat Makassar, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Teluk Tomini, Teluk Bone, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) . , Laut Sawu, Laut Maluku, Laut Banda, Maluku Utara, Laut Halmahera, Laut Seram, Maluku, Laut Timor, Papua Barat, Laut Arafura, Teluk Cendrawasih dan Papua.
Kemudian untuk cakupan spasial lebih dari 75% (FRQ/Frequent) pada tanggal 28 Januari 2023 – 3 Februari 2023 diprediksi terjadi di Teluk Benggala, Samudera Hindia Selatan Jawa, Laut Flores dan Samudera Hindia Selatan NTB – NTT.
Tak hanya cuaca ekstrem, fenomena MJO juga berpotensi memicu gelombang tinggi di perairan Indonesia selama sepekan ke depan, yakni 28 Januari – 1 Februari 2023.
Waspada Gelombang Laut Tinggi
Kemudian, ada pula potensi gelombang laut tinggi di perairan Indonesia pada 28 Januari hingga 1 Februari.
Berikut adalah kategori tinggi gelombang dan pengaruh perairan Indonesia:
Kategori Tinggi Gelombang 2.5 – 4.0 m : Perairan Sabang Utara, Perairan Aceh Barat, Pulau Simeulue Barat Hingga Kepulauan Mentawai, Perairan Bengkulu, Perairan Lampung Barat, Selat Sunda Barat dan Selatan, Perairan Selatan Banten, Samudra Hindia Barat Kepulauan Nias Hingga Lampung, Perairan Selatan Kepulauan Anambas Hingga Kepulauan Natuna, Laut Natuna, Perairan Utara Kepulauan Talaud, Perairan Utara Halmahera, Laut Halmahera, Perairan Utara Papua Barat Hingga Papua, Samudera Pasifik Utara Papua Barat Hingga Papua Kategori Tinggi Gelombang 4,0 – 6,0 m: Perairan Utara Kepulauan Anambas hingga Kepulauan Natuna, Samudera Hindia Barat Kategori Tinggi Gelombang Aceh > 6,0 m: Laut Natuna Utara
Tindakan preventif yang perlu dilakukan
Berikut beberapa persiapan yang perlu dilakukan, antara lain:
Memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem pengelolaan sumber daya air siap mengantisipasi peningkatan curah hujan. Tidak membuang sampah sembarangan dan tidak memotong lereng atau menebang pohon secara tidak terkendali dan melakukan program reboisasi yang lebih besar. Melakukan pemangkasan dahan dan dahan pohon yang rapuh serta memperkuat tegakan/tiang agar tidak roboh diterpa angin kencang Mengintensifkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih besar untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran Pemerintah Daerah, masyarakat dan pihak terkait dalam mencegah/mengurangi risiko bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi) Memperkuat koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi. Terus pantau perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrim dari BMKG
Simak video “BMKG Ungkap Potensi Awan Kumulonimbus di Beberapa Daerah”
[Gambas:Video 20detik]
(aeb/fase)