
Jakarta, CNBC Indonesia – Korea Selatan (ROK) meminta bantuan Rusia dan China untuk menghentikan program uji rudal Korea Utara (Korut) dengan alasan bahwa Pyongyang mengancam perdamaian dan stabilitas di seluruh Asia Timur Laut dan sekitarnya.
Utusan nuklir Kim Gunn mengadakan panggilan telepon dengan duta besar Rusia dan China untuk Seoul, Andrey Kulik dan Xing Haiming, meminta kerjasama aktif dalam membujuk Pyongyang untuk menahan diri dari provokasi lebih lanjut dan kembali ke dialog.
Kim berargumen bahwa peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) Korea Utara Jumat lalu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan menandai insiden berbahaya lainnya oleh rezim Presiden Kim Jong Un.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Seoul meminta bantuan saat utusannya bersiap melobi Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan pada pertemuan darurat pada Senin sebagai tanggapan atas uji ICBM terbaru Korea Utara. Diplomat Korea Selatan “menekankan perlunya masyarakat internasional, termasuk Amerika Serikat, untuk bersatu, dan segera mengambil tindakan balasan yang tegas,” kata Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, seperti dikutip Russia Today, Selasa (22/11/2022).
Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan, Rusia dan China memiliki kekuatan untuk memveto setiap resolusi yang akan menghukum Korea Utara atas uji coba senjata strategisnya. Rusia di masa lalu telah meminta kedua belah pihak untuk mengurangi eskalasi di Semenanjung Korea, yang berarti Pyongyang akan menghentikan uji coba terkait nuklir dan AS dan Korea Selatan akan menangguhkan latihan militer bersama mereka di wilayah tersebut.
Kulik memperingatkan tahun lalu bahwa hanya diplomasi yang akan membawa perdamaian ke semenanjung Korea.
“Kami percaya bahwa kegiatan langkah demi langkah berdasarkan prinsip kesetaraan dan pendekatan bertahap dan sinkron akan memungkinkan untuk memastikan denuklirisasi Semenanjung Korea dan meletakkan dasar bagi sistem perdamaian dan keamanan yang kuat di sini,” kata TASS. .
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk Korea Utara atas peluncuran ICBM terbarunya.
Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son-hui kemudian menanggapi dengan menyebut Guterres sebagai “boneka AS”. Dia membela uji senjata Korea Utara sebagai “pelaksanaan hak untuk membela diri yang sah dan adil”, dengan mengatakan bahwa itu dilakukan sebagai tanggapan atas “permainan perang nuklir yang provokatif” oleh AS dan sekutunya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Kim Jong Un Marah! Tembak 10 misil, Jatuh di Carousel Gate
(Luc/Luc)