
Jakarta, CNBC Indonesia – Vietnam menerapkan langkah-langkah ekspansi di kepulauan di Laut Cina Selatan (LCS). Hal itu dilakukan Hanoi ketika sedang dalam sengketa wilayah dengan China di perairan teritorial.
Sebuah think tank AS, Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington mengatakan, pekerjaan penimbunan Vietnam di Kepulauan Spratly, yang juga diklaim oleh China dan negara lain, telah menciptakan sekitar 170 hektar lahan baru.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Dengan hasil pengerukan dan penimbunan ini. ini menjadikan total area yang direklamasi oleh Vietnam di laut menjadi 220 hektar dalam satu dekade terakhir.
Berdasarkan temuannya pada citra satelit komersial, Asian Maritime Transparency Initiative (AMTI) CSIS mengatakan upaya tersebut termasuk memperluas Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di empat pos terdepan dan pengerukan baru di lima lainnya.
“Skala pekerjaan TPA, meski masih jauh dari lebih dari 3.200 hektar yang dibuka oleh China dari 2013 hingga 2016, jauh lebih besar dari upaya Vietnam sebelumnya dan merupakan langkah besar untuk memperkuat posisinya di Spratly,” laporan itu dikatakan. ujarnya, seperti dikutip Reuters., Kamis (15/12/2022).
AMTI mengatakan pos terdepan Vietnam di Pulau Namyit, Pearson Reef, dan Sand Cay sedang mengalami ekspansi besar-besaran. Padahal, kawasan itu memiliki pelabuhan pengerukan yang mampu menampung kapal berukuran lebih besar.
Badan tersebut juga menambahkan bahwa Vietnam menggunakan kapal keruk kerang untuk meraup bagian terumbu dangkal dan mengendapkan sedimen untuk tempat pembuangan sampah. Proses tersebut dikatakan kurang merusak daripada pengerukan hisap pemotong yang digunakan China untuk membangun pulau buatannya.
“Tetapi kegiatan pengerukan dan penimbunan sampah Vietnam pada tahun 2022 sangat penting dan menandakan niat untuk secara signifikan memperkuat fitur yang ditempati di Spratly,” kata laporan itu.
“Infrastruktur apa (apa) yang akan menampung pos-pos yang diperluas masih belum diketahui. Apakah dan sejauh mana reaksi China dan penggugat lainnya akan tetap dipantau,” katanya.
Selama ini China telah mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, yaitu sekitar 90% seluas sekitar 1,3 juta mil persegi, dengan konsep sembilan garis putus-putus. Ini mencakup sebagian besar pulau di dalamnya, termasuk Kepulauan Nansha, yang dikenal di luar Tiongkok sebagai Kepulauan Spratly.
Alih-alih tuntutan sepihak tersebut, negeri Tirai Bambu itu malah mendirikan pos militer di pulau buatan yang dibangunnya di sana. SCS sendiri dilalui oleh jalur pelayaran penting dan berisi ladang gas yang kaya dan daerah penangkapan ikan.
Klaim teritorial sepihak ini tumpang tindih dengan beberapa negara Asean dan Taiwan. Selain China, LCS sendiri berbatasan dengan Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Ekonomi RI Ditinggal Vietnam & Filipina, Bagaimana?
(sef/sef)