
Medan –
Puncak perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia akan segera tiba. Pada 17 Agustus 2022, RI genap berusia 77 tahun.
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tidak lepas dari perjuangan para pahlawan bangsa. Banyak dari mereka yang rela mengorbankan harta dan nyawa untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Atas jasa para pejuang tersebut, pemerintah mengangkat sebagian dari mereka sebagai ‘pahlawan nasional’. Pahlawan negeri ini dipilih dari seluruh daerah di Indonesia termasuk Sumatera Utara (Sumut).
Hingga saat ini, ada sekitar 12 pahlawan nasional dari Sumatera Utara. Sebagai generasi yang membangun negara, sudah selayaknya kita menghargai dan menghormati perjuangan mereka dalam merebut dan memperjuangkan kemerdekaan.
Dilansir dari situs resmi Pemprov Sumut, berikut daftarnya 12 pendekar asal Sumatera Utara yang dinobatkan sebagai pahlawan nasional:
1. Sisingamangaraja XII
Lahir : Bakkara, Humbang Hasundutan, 18 Februari 1845 Wafat : Dairi, 17 Juni 1907 Dimakamkan di Tarutung, Tapanuli Utara dan dipindahkan ke Balige (1953) oleh Soekarno Pemimpin legendaris masyarakat Batak dengan marga Sinambela, bergelar Patuan Bosar Ompu Pulo Batu. Ia naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Raja Sisingamangaraja XI bernama Ompu Sohahuaon. Penobatannya sebagai raja ke-12 bertepatan dengan masuknya Belanda ke Sumatera Utara, di sini Belanda mencoba menanam monopoli perdagangan di Bakkara. Hal ini memicu Perang Batak yang dipimpin Sisingamangaraja XII selama puluhan tahun. Setelah Bakkara diduduki Belanda, ia terus memimpin perang gerilya hingga tewas ditembak Belanda di Dairi dan ketiga putra-putrinya. 590 Tahun 1961, tanggal 11-9-1961.
2.Dr. Ferdinand Lumban Tobing (FL Tobing)
Lahir: Sibuluan, Sibolga, 19 Februari 1899 Meninggal: Jakarta, 7 Oktober 1962 Umur: 63 tahun Agama: Kristen Protestan Lulus dari STOVIA kedokteran -Dulu bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta Menteri Penerangan, Menteri Komunikasi Antar Daerah , Menteri Transmigrasi , dan Menteri Kesehatan (jabatan sementara), selain itu beliau juga menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara. Namanya kini diabadikan sebagai nama bandara di Kabupaten Tapanuli Tengah. Penetapan : Keputusan Presiden No. 361 Tahun 1962, tanggal 17-11-1962.
3. KH Zainul Arifin
Lahir: Barus, Tapsel, 2 September 1909 Wafat: Jakarta, 2 Maret 1963 Umur: 53 tahun Agama: IslamHIS (Hollands Indische School) Sekolah menengah calon guru, Sekolah Normal Kegiatan teater musikal Melayu, Stambul Bangsawan sebagai penyanyi dan pemain biola . Di sana dia diberikan pedang berlapis emas oleh Raja Arab Saudi, Raja Arab Saudi. Ia tewas akibat tertembak saat shalat Idul Adha (14-05-1962) di garis depan bersama Soekarno yang diarahkan oleh pemberontak DI/TII dalam usahanya membunuh presiden. Zainul Arifin akhirnya meninggal dunia pada tanggal 2 Maret 1963 setelah menderita luka tembak di bahunya selama sepuluh bulan Anggota GP Ansor 1930 – Ketua NU Jatinegara Ketua Konsul NU Batavia 1 – perwakilan NU dalam pengurusan Syura Muslimin Indonesia Majelis (Masyumi) – Aktif di organisasi kepemudaan NU, GP Ansor, – Pekerja PAM di Pemerintah Kota Kolonial (Gemeente) 5 tahun Guru SD dan mendirikan pusat pendidikan Bantuan hukum bagi masyarakat Betawi – Aktif kembali di pentas musik tradisional Betawi kegiatan yang berasal dari tradisi Melayu, Samrah – Mendirikan kelompok samrah bernama Tonil Zainul Perwakilan Partai Masyumi di Badan Pekerja Badan Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) Memimpin gerilyawan Laskar Hizbullah di Jawa Tengah dan Jawa Timur (Agresi Militer I dan II.) Anggota Komisariat Pemerintah Pusat di Jawa (KPPD), pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) berkedudukan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat Sekretaris Pimpinan Tinggi TNI Wakil Mas Partai Yumi di DPRS (1949)-Representasi Wakil Perdana Menteri Partai NU (W- Tokoh penting yang berhasil menempatkan partai NU menjadi “tiga besar” pemenang Pemilu 1955, dimana jumlah kursi NU di DPR meningkat dari hanya 8 menjadi 45 kursi Wakil Ketua I DPR RI, setelah Pemilu 1955, wakil NU di DPR Keputusan Gotong Royong Ketua DPR (DPRGR): Keputusan Presiden No. 35 Tahun 1963, tanggal 4-3-1963.
4. TNI Mayjen Anm. DI Panjaitan
Lahir : Balige, 19 Juni 1925 Wafat : Lubang Buaya Jakarta, 1 Oktober 1965 Penetapan Pahlawan Revolusi : Keppres No. 111/Koti/1965, tanggal 5-10-1965.
5. Tengku Amir Hamzah
Lahir: Tanjung Pura, Langkat, 28 Februari 1911 Wafat: Kwala Begumit, Binjai, 20 Maret 1946 Usia: 35 tahun Makam: Masjid Azizi, Tanjung Pura, Langkat- Belajar Al-Quran di Maktab Putih di sebuah rumah besar. Istana Sultan Musa, belakang Masjid Azizi di SMP Langkat-Langkatsche School (HIS), MULO di Medan dan di Jakarta, Aglemeene Middelbare School (AMS) jurusan Sastra Timur di Solo Law School di Jakarta Memimpin Kongres Muda Indonesia di Solo ( 1931) Menurutnya, bahasa Melayu adalah bahasa yang indah, yang secara gamblang tertuang dalam suratnya kepada Armijn Pane pada November 1932. Bahasa Indonesia bagi Amir merupakan simbol kemelayuan, kepahlawanan, dan juga Islam. Puisi-puisi Amir Hamzah merupakan cerminan religi, cinta tanah air dan keresahan sebagai pemuda Melayu Kumpulan Puisi: Buah Rindu, Nyanyi Sunyi, Setanggi Timur, Baghawat Gita Terjemahan Seperti kerajaan Melayu lainnya, Langkat juga memiliki tradisi sastra yang kuat. Lingkungan keraton itulah yang pertama kali mengenalkannya pada dunia sastra. Dalam suasana seperti itu, semangat Amir terhadap sejarah, adat istiadat, dan sastra negerinya semakin meningkat. Lingkungan Tanjungpura juga sangat mendukung perkembangan sastra Melayu, mengingat sebagian besar penduduknya berasal dari Siak, Kedah, Selangor, dan Pattani. Menghasilkan 50 puisi asli, 77 puisi terjemahan, 18 prosa lirik asli, 1 prosa lirik terjemahan, 13 prosa asli dan 1 prosa terjemahan. Total ada sekitar 160 karya Amir yang berhasil dibukukan Penetapan : Keppres No. 106/TK/1975.
6.H.Adam Malik
Lahir : Pematang Siantar, 22 Juli 1917 Wafat : Bandung, 5 September 1984 Makam : TMP Kalibata Jakarta Menteri Luar Negeri, Tahun 1971 Terpilih sebagai orang Indonesia pertama yang menjadi Ketua Majelis Umum PBB ke-26. 1967. Wakil Perdana Menteri-Pelopor berdirinya Kantor Berita Antara Untuk memperingati perjuangannya dibangun sebuah museum di Jalan Diponegoro No. 29 Jakarta. Penetapan : Keputusan Presiden No. 107/TK/1998, tanggal 11-6-1998.
Simak Video “5 Tokoh Bakal Diberi Penghargaan Pahlawan Nasional, Salah Satunya dari Soeharto”
[Gambas:Video 20detik]