
Jakarta, CNBC Indonesia – Perlambatan pertumbuhan ekonomi China akhir-akhir ini belum berdampak signifikan terhadap perekonomian kawasan Asia, termasuk Indonesia. Demikian disampaikan Bank Dunia dalam Media Briefing Prospek Ekonomi Indonesia – Desember 2022, Kamis (15/12/2022).
Indonesia dan banyak negara di kawasan telah melonggarkan aturan lockdown sehingga permintaan domestik kembali meningkat. Menurut Bank Dunia, permintaan domestik inilah yang mendorong proses pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi.
“Tahun ini China mengalami penurunan yang relatif signifikan, namun dampaknya ke kawasan sepertinya tidak signifikan. Pasalnya, banyak negara di Asia Tenggara tahun ini ingin open up daripada lock down. Pemulihan di Indonesia, Vietnam dan Filipina didorong oleh permintaan domestik, konsumsi domestik, hingga permintaan meningkat,” kata Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Habib Rab, Kamis (15/12/2022).
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu China mengumumkan pelonggaran pembatasan Covid di seluruh negaranya pada Rabu (7/12/2022). Sebelumnya, otoritas telah mengeluarkan serangkaian langkah pelonggaran lainnya. Di bawah pedoman baru yang diumumkan oleh Komisi Kesehatan Nasional (NHC), frekuensi dan ruang lingkup pengujian PCR akan dikurangi.
Oleh karena itu, Bank Dunia optimistis China akan mengalami pemulihan tahun depan. Pemulihan ini diharapkan berdampak positif bagi perdagangan Indonesia dengan China.
“Ke depannya, China mungkin akan pulih tahun depan, sehingga permintaan SDA yang tahun ini terkontraksi akibat kebijakan zero covid mereka kita harap mulai meningkat lagi dan dapat memberikan efek positif bagi Indonesia,” ujar Rab.
Sebelumnya, Asian Development Bank (ADB) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia dan Pasifik, mengikuti perkembangan ekonomi China.
Dalam laporannya, ADB mengungkapkan bahwa pengetatan kebijakan moneter oleh banyak bank sentral di seluruh dunia dan di kawasan, agresi berkepanjangan Rusia terhadap Ukraina, serta shutdown yang sedang berlangsung di Republik Rakyat Tiongkok (RRC) atau Tiongkok, telah memperlambat laju pemulihan berkelanjutan di kawasan Asia, dikembangkan, dari pandemi Covid-19.
“Pembatasan Covid-19 di bawah kebijakan “nol-Covid”, bersama dengan pasar real estat yang kesulitan, telah menyebabkan proyeksi pertumbuhan RRT diturunkan lagi,” tulis ADO.
Perekonomian China diperkirakan tumbuh 3,0% tahun ini, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 3,3%. Perkiraan untuk tahun depan diturunkan menjadi 4,3% dari 4,5% sebelumnya karena perlambatan global. Sementara itu, proyeksi pertumbuhan PDB India dipertahankan sebesar 7,0% untuk tahun fiskal ini dan 7,2% untuk tahun fiskal berikutnya.
Bahkan dengan proyeksi yang lebih rendah, negara berkembang di Asia masih mengungguli negara-negara lain di dunia, baik dalam hal pertumbuhan maupun inflasi.
Prakiraan ADB untuk pertumbuhan di Asia Tenggara tahun ini dinaikkan menjadi 5,5% dari sebelumnya 5,1% di tengah pemulihan yang kuat dalam konsumsi dan pariwisata di Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Namun, perkiraan Asia Tenggara untuk tahun depan diturunkan menjadi 4,7% dari sebelumnya 5,0% karena melemahnya permintaan global.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Apakah ini isi berita buruk Bank Dunia RI Kudu Piye?
(ha ha)