
jangkauan –
Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara (Sumut) mengenal Bukit Katarina yang terletak di Desa Sei Renggas, Kecamatan Kisaran Timur. Bukit yang memiliki ketinggian vertikal sekitar 50 meter ini menyimpan banyak cerita masa lampau dan menarik minat beberapa warga sekitar.
Bukit Katarina terletak dan merupakan bagian dari wilayah konsesi perusahaan Bakrie Sumatera Plantations yang telah diwariskan sejak zaman penjajahan Belanda.
Bukit Katarina, juga berbatasan langsung dengan Sungai Silau yang membelah wilayah Asahan dan muaranya bermuara di Selat Malaka. Bagi sebagian orang khususnya warga Kisaran, ini bukanlah sekedar bukit. Ada banyak cerita tentang bukit ini.
Dirangkum dari berbagai sumber detikSumut, berikut 3 cerita menarik terkait bukit Katarina Kisaran:
1. Katarina berasal dari nama Belanda.
Banyak orang yang percaya bahwa bukit Katarina adalah plesetan nama putri seorang pejabat perkebunan Belanda yang saat itu berkuasa di daerah Asahan. Namanya Catharina Aaders yang hidup pada tahun 1874 – 1894 jauh sebelum negara ini merdeka.
Gadis cantik bernama Catharina Aaders ini kemudian meninggal di usia 20 tahun karena sakit. Menurut informasi, pihak keluarga menguburkan Catharina di sekitar bukit. Oleh karena itu, banyak penduduk setempat yang percaya bahwa bukit ini menyimpan banyak hal mistis.
Mengucapkan nama Katarina lebih mudah diucapkan oleh penduduk setempat daripada mengucapkannya dengan aksen barat. Hal inilah yang mendasari bukit tersebut hingga kini lebih dikenal dengan sebutan Katarina, agar lebih mudah diucapkan.
2. Ramai saat Hari Libur
Bukit yang ditumbuhi pohon karet ini langsung menjadi sorotan masyarakat di kawasan Asahan saat libur Hari Raya tiba. Ini berlangsung hingga awal tahun 2000-an. Ribuan orang akan datang dan mendaki bukit yang mendadak menjadi daya tarik wisata masyarakat setempat saat hari raya Idulfitri ini.
Jangan bayangkan ada permainan di sekitar. Sejauh mata memandang, pengunjung hanya bisa menikmati rindangnya pohon karet yang sejuk. Pedagang kaki lima ada di mana-mana dan berpotensi menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat.
3. Tempat Penyelamatan Warga Saat Terjadi Isu Tsunami
Bencana alam luar biasa berupa gempa bumi yang disusul tsunami yang meluluhlantahkan sebagian wilayah Aceh pada 26 Desember 2004 menimbulkan trauma dan ketakutan yang luar biasa bagi masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah pesisir.
Tiga bulan kemudian, atau tepatnya pada 28 Maret 2005, sekitar pukul 23.09, terjadi gempa besar berkekuatan 8,3 skala Richter yang mengguncang kawasan sekitar Pulau Nias. Guncangan gempa terasa hingga Kabupaten Asahan.
Kenangan tsunami Aceh menghantui dan menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat sekitar Kisaran kala itu. Selang beberapa menit gempa, tersebar kabar bohong dari mulut ke mulut, bahwa kawasan pesisir Asahan Tanjungbalai telah tenggelam. Air laut naik ke daratan akibat tsunami.
Tak lama setelah gempa mengguncang listrik di Bandar Kisaran juga padam total. Dalam kegelapan total, ribuan warga Kisaran yang terjebak tsunami mencari tempat yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri. Lokasinya tentu saja bukit Katarina yang tiba-tiba ramai.
Padahal, secara geografis kota Kisaran berjarak lebih dari 50 kilometer dari garis pantai terdekat. Sekitar pukul 01.00 dini hari, ketakutan akan tsunami yang akan mencapai Kisaran tidak terbukti. Menjelang fajar, ribuan orang jatuh cinta pada penipuan ini, menundukkan kepala dalam-dalam dan bergegas pulang.
Simak Video “Mengintai Gua yang Dulunya Tempat Tinggal Petani di Majalengka”
[Gambas:Video 20detik]
(bpa/bpa)