
Jakarta –
Nama Hikapel, hasil inovasi peneliti dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah buah semangka yang berbentuk seperti apel.
Uniknya, munculnya inovasi ini bermula dari keluhan para perempuan dari perkumpulan sosialita di Yogyakarta dan Jakarta, seperti diungkapkan Prof Dr Budi Setiadi Daryono, M Agr Sc yang dikutip dari laman resmi kampus pada Jumat (13/1/2023). ).
Saat itu, tahun 2011, ia menawarkan produk wanita hasil penelitiannya Melodi Gama 1, 2, dan 3 serta melon GMP dan Tacapa yang dipasang dari tahun 2008-2010.
Mereka kemudian mengeluhkan ukuran dan berat semangka pada umumnya. Padahal, karena bobotnya, ada semangka yang setara dengan semangka. Dengan begitu, semangka menjadi buah yang tidak praktis untuk dibawa atau dimakan.
Rumit katanya, selain itu tidak habis makan sama sekali karena besar sehingga harus disimpan di lemari es yang tentu memakan tempat, kata Prof Budi.
Awal Kemunculan Hikapel
Berdasarkan keluhan perempuan itu, ia dan timnya langsung menanam melon kultivar baru sesuai permintaan mereka. Akhirnya pada tahun 2012, semangka Hikadi Apel lahir. Nama tersebut diambil dari nama anak bungsunya, Fadhil Hikari Setiadi yang biasa dipanggil Hika.
Buahnya menyerupai apel dengan ukuran yang bermanfaat, beratnya tidak lebih dari 1 kg. Nah, Hikadi Apel ini juga sering disebut dengan hikapel.
Semangka Hikapel relatif ringan, hanya 300-800 gram per buah. Meski begitu, rasa semangka ini cukup mirip dengan semangka pada umumnya dan memiliki aroma yang harum.
Daging melon hikapel berwarna oranye, berbeda dengan melon hijau. Kulit buah semangka ini memiliki gradasi warna dari krem hingga jingga yang menjadi penanda tingkat kematangan buah.
“Semangka Hikapel mengandung beta karoten yang cukup tinggi dan bermanfaat untuk kesehatan mata, kaya akan antioksidan serta mengandung vitamin C dan beberapa mineral lainnya,” ujar Dekan Fakultas Biologi UGM ini.
Melon Hikapel bisa dimakan saat kulitnya lembut, tapi untuk rasa manis yang sempurna, carilah Hikapel dengan kulit jeruk.
Masa Budidaya Semangka Hikapel Lebih Singkat
Selain sarat akan nutrisi, semangka jenis ini memiliki masa tumbuh yang relatif cepat dibandingkan dengan semangka pada umumnya yaitu 60 hari. Sedangkan tanaman semangka umumnya memiliki masa tanam selama 90 hari.
Harga semangka hikapel berkisar Rp 35.000 per kilo di sekitar Jogja, sedangkan harga semangka biasanya Rp 10.000.
“Jadi nilai ekonominya cukup besar,” kata Prof Budi.
Semangka Hikapel telah menembus pasar perdagangan buah yang cukup kompetitif. Buah ini banyak dijumpai di berbagai pengecer di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jabodetabek.
Bahkan, semangka hikapel telah dikembangkan sebagai salah satu produk ekspor buah Indonesia.
Menumbuhkan ‘Baby Melon’ Seukuran Apel
Inovasi melon terus dilakukan oleh Prof Budi dan tim. Pada tahun 2021, bayi semangka hikapel lainnya diluncurkan, yang lebih kecil dan portabel.
Ukurannya hanya seukuran buah apel pada umumnya dengan berat 250 gram per buah.
“Ukuran buahnya mini, karakteristiknya sama dengan semangka hikapel. Namun dari segi rasa, hikapel baby semangka memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan aroma yang khas,” ujarnya.
Baby hikapel melon juga memiliki permukaan kulit menyerupai apel yang halus dan licin. Sedangkan semangka umumnya memiliki permukaan kulit yang kasar dan memiliki corak tersendiri.
Ia menambahkan, keunggulan lain baby melon hikapel adalah tidak terkontaminasi senyawa ethrel yang berbahaya dan rendah pestisida sehingga aman dikonsumsi.
Simak Video “Nutrisi yang Dikandung Melon Hikapel Buatan UGM Secara Biologis”
[Gambas:Video 20detik]
(aeb/tw)