
Jakarta –
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan sistem operasional lalu lintas Pesawat Udara Tanpa Awak (PUTA). Sistem bernama UAVITS itu diuji dalam final di Terminal Umum (DABN) Delta Artha Bahari Nusantara Pelabuhan Probolinggo, Rabu (7/12).
Bekerja sama dengan Dunia Industri (DUDI) yang merupakan AirNav Indonesia cabang Surabaya dan PT Aerotek Global Inovasi (Beehive Drones), sistem ini memindai data melalui transponder. Transponder adalah pemancar radio yang akan mengirimkan sinyal ke sistem UAVITS. Selanjutnya sinyal tersebut akan diproses oleh data untuk menampilkan navigasi dari PUTA.
Anggota tim peneliti, Muhammad Bagus Istighfar, mengungkapkan bahwa live monitoring merupakan fitur terbaik UAVITS. Fitur ini menampilkan koordinat kecepatan, ketinggian, posisi, dengan periode pengambilan data setiap lima detik.
Ditambahkan juga bahwa UAVITS menampilkan informasi tingkat keselamatan lintasan PUTA. “Sistem ini dapat mendeteksi area aman, peringatan, berbahaya,” kata Bagus dalam keterangan tertulis ITS dikutip Sabtu (12/10/2022).
Selain itu, UAVITS menawarkan fitur verifikasi data perizinan yang dapat membantu pemilik drone lepas landas dan mendarat secara legal. Validasi dilakukan dengan mengunggah dokumen pilot agar dapat diverifikasi oleh AirNav.
Penelitian ini merupakan kerjasama antara dua departemen di PT NYAyaitu Jurusan Teknik Transportasi Laut dan Jurusan Teknik Informatika. Baik dosen maupun mahasiswa telah berkolaborasi dalam penelitian ini.
Untuk Penyaluran Logistik Kesehatan Antar Pulau
Kepala Pelaksana Riset, Ir Tri Achmadi PhD menjelaskan, sistem pemantauan PUTA dikembangkan untuk mendistribusikan logistik kesehatan antar pulau. Riset ini merupakan tahun kedua setelah sebelumnya sukses dengan inovasi drone logistik tanpa awak pada November 2021.
“Tahun lalu kami berinovasi dalam operasional, sedangkan tahun ini kami fokus pada sistem,” jelasnya.
Lebih lanjut, Manajer Science Techno Park (STP) Klaster Inovasi Maritim ITS mengungkapkan, percobaan ini membuktikan bahwa PUTA dapat melintasi perairan dengan jarak yang cukup jauh.
“Karena PUTA jarang beroperasi di seberang lautan, umumnya hanya di darat,” ujarnya.
Mendapatkan Dana Pendamping dari Kemdikbudristek
Tak hanya itu, penelitian bertajuk Prototipe Sistem Operasi Lalu Lintas Pesawat Udara Tanpa Awak (PUTA): Studi Kasus Aplikasi Transportasi Logistik Medis di Wilayah Udara Jawa Timur ini didukung oleh program Group Matching Fund 2022 oleh Ditjen Dikti. (Ditjen Diktiristek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Inovasi yang dikaji sejak September hingga Desember 2022 mendapat respon positif dari kedua mitra. Menurut Murdianto Kusumadewa, Junior Manager Perencanaan dan Evaluasi Tower AirNav Indonesia cabang Surabaya, UAVITS merupakan sebuah kesuksesan yang baik di tengah-tengah pergerakan PUTA di Indonesia.
“Dengan adanya penelitian ini dapat diterapkan dalam regulasi, sehingga drone di Indonesia dapat terpantau lebih dalam,” ujarnya.
Tonton Video “4 Teknologi Mencoba “Melawan Kuasa Tuhan”
[Gambas:Video 20detik]
(bukan/teman)