
Jakarta –
Erick Octavian saat ini sedang belajar untuk IT Advanced Diploma di Australian College of Business Intelligence di Sydney, Australia. Di sela-sela perkuliahan, ia memanfaatkan waktunya untuk bekerja sebagai waterproof.
Sebelumnya, ia juga pernah bekerja di sebuah website agency di Sydney selama 2 tahun dan harus berhenti karena COVID-19. Cerita apa yang bisa Erick pelajari selama bekerja di luar negeri?
Alumnus SMA Negeri 63 Jakarta angkatan 2008 ini menuturkan, dirinya pernah kuliah di sebuah universitas dan sekolah ekonomi menengah di Jakarta Selatan untuk kelas pekerja, namun tidak sampai selesai.
Erick mengatakan, saat itu dirinya tidak bisa membagi waktunya antara belajar dan bekerja. Akibatnya, kuliah terbengkalai. Siapa sangka, di negeri asing, ia bisa belajar sambil bekerja dengan membiayai pendidikan tinggi dari gajinya sendiri.
Belajar Sambil Bekerja di Luar Negeri
Saat pertama kali tiba di Sydney pada 2016, Erick tidak langsung kuliah. Ia mengikuti kursus bahasa Inggris intensif di Kaplan International College selama 6 bulan.
Dari sana, ia mengejar Sertifikat IV dalam Teknologi Berbasis Web & Diploma Kejuruan dalam pendidikan Pengembangan Web di Northwest College Sydney. Kedua tahapan tersebut akan selesai pada tahun 2020.
“Saya hanya belajar 2-3 hari dalam seminggu dan selebihnya saya gunakan untuk bekerja karena semua pendidikan yang saya tempuh di Australia tidak melalui jalur beasiswa,” ujar Erick kepada detikEdu.
Sekarang, sambil belajar IT, dia bekerja paruh waktu sebagai waterproofer (profesi waterproofing bertanggung jawab untuk menerapkan sealant, pelapis dan bahan lainnya ke permukaan untuk mencegah air menembus rumah/bangunan dan menyebabkan kerusakan) selama 20 jam per minggu. dan bekerja penuh waktu selama liburan untuk membiayai kuliah dan kehidupan sehari-hari bersama istri dan anak-anaknya.
“Insya Allah rencana selanjutnya adalah melanjutkan pendidikan S1 (Sarjana) cyber security di salah satu universitas impian saya. Dan jurusan ini merupakan salah satu skill yang sangat dibutuhkan Australia,” imbuhnya.
Belajar Sambil Bekerja dan Berkeluarga
Momen kelahiran anak pertamanya di Sydney pada tahun 2018 ini tidak bisa dilupakan, apalagi di sela-sela kesehariannya belajar sambil bekerja.
“Jauh dari orang tua, istri saya mengalami baby blues setelah melahirkan, biaya bersalin tidak ditanggung oleh asuransi (OSHC) karena dia ikut asuransi kurang dari 12 bulan, harus bekerja dan belajar. Belum lagi harus begadang. dalam 3 bulan pertama Alhamdulillah semuanya sudah selesai dan sekarang saya tinggal bersama istri dan anak saya di Sydney,” ujar penulis buku Working School di Australia ini.
Pentingnya Belajar dan Bekerja di Luar Negeri
Dengan tantangan tersebut, mengapa Erick bertekad kuliah sambil bekerja di luar negeri?
Erick mengatakan, belajar di luar negeri bagi Erick membuka kesempatan belajar dan membuka pemahaman tentang dunia dari para guru dan sesama mahasiswa asing di Australia yang kebetulan memiliki budaya yang berbeda. Selain itu, belajar di luar negeri juga mengasah kemampuan berbahasa Inggris untuk berkarir.
“Pendidikan dan karir di luar negeri dapat memberi saya kesempatan untuk berkembang secara pribadi dan profesional, meningkatkan rasa percaya diri, dan membantu saya mengembangkan keterampilan,” ujarnya.
“Karier di luar negeri dapat memberikan kesempatan untuk bekerja dengan perusahaan internasional, meningkatkan jaringan profesional, dan menambah berbagai pengalaman kerja yang dapat ditambahkan ke dalam CV Anda,” ujar Erick.
Ia mengaku memiliki pengalaman kerja yang unik karena belum pernah mencobanya ketika berada di Indonesia.
“Saya mulai bekerja di restoran cepat saji membuat burger, mencuci piring, memasak, menunggu, membuat roti dan kue kering, housekeeping hotel, barista, pengawas kafe, desainer web, menjual pakaian musim panas di pasar loak Sydney, dan waterproofing,” jelasnya. .
“Setiap pekerjaan yang saya sebutkan memiliki tantangan yang membuat saya sadar bahwa kita pasti bisa belajar hal baru karena tekanan untuk bertahan di negara asing sangat besar,” imbuhnya.
Mengapa Australia?
Erick menambahkan, ia memilih Australia sebagai tujuan studi pilihannya karena letaknya yang dekat dengan Indonesia, sistem penggajian umumnya bisa dilakukan setiap minggu, dan banyaknya kesempatan kerja baik setelah atau sebelum lulus.
Selain itu, kampusnya di Australia kini memungkinkannya untuk lebih leluasa menyeimbangkan waktu antara belajar dan bekerja.
“Saya memilih kampus atau perguruan tinggi sekarang karena jam kuliah yang fleksibel, hanya 2 hari dalam seminggu, juga karena keinginan saya untuk belajar mengatur waktu, keuangan dan membuat rencana yang jelas sebelum melanjutkan studi sarjana (Sarjana) di universitas Australia. , dimana prioritas saya adalah belajar full time,” jelasnya.
Bagaimana dengan detikers yang berencana kuliah sambil bekerja di luar negeri seperti Erick? Semoga beruntung!
Tonton Video “Kesedihan Mahasiswa Afghanistan Dilarang Kuliah oleh Taliban”
[Gambas:Video 20detik]
(tw/nwk)