
Medan –
Dalam mitologi, Danau Toba terbentuk dari kisah seorang pemuda dan seekor ikan emas. Dongeng ini menjadi legenda di kalangan masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar Danau Toba saat ini.
Legenda itu awalnya diceritakan, tentang seorang pemuda sendirian, yang tinggal di hutan belantara. Tugasnya adalah mengumpulkan makanan di hutan dan bercocok tanam sederhana. Dia melakukan pekerjaan itu setiap hari.
Suatu ketika, saat sedang mencari makan dan kayu bakar di hutan, dia bertemu dengan sungai. Ia melihat ada sekelompok ikan di sungai yang terlihat dari gelembung-gelembung air di permukaan.
Kemudian, pemuda tersebut pulang dan membentuk bilah bambu tersebut menjadi alat pancing. Setelah alat itu selesai, ia kemudian pergi ke sungai dan memasukkannya ke dalam sungai. Dia memasukkan nasi ke dalam gulungan kain ke dalam perangkap, lalu pulang.
Keesokan harinya, dia pergi melihat alat tersebut di sungai, alangkah terkejutnya dia ketika alat pancingnya ditarik keluar, di dalamnya terdapat seekor ikan mas yang agak besar, dia kembali ke rumah dan berniat untuk memotong dan memasak ikan mas yang dia temukan.
Baru saja dia akan memotong, ikan itu tiba-tiba berbicara. “Wahai anak muda, aku adalah penjelmaan ikan mas di sungai. Jangan dipotong dan dimasak, tetapi tempatkan aku selama tiga hari di tempat tersembunyi.”
Kemudian dia memakainya selama tiga hari dan berubah total menjadi seorang gadis, yang kemudian menjadi istrinya. Kesepakatan dibuat agar nanti ketika ada anak, tidak memanggilnya anak ikan atau yang menyangkut rahasia asal usulnya. Jika tidak, maka akan terjadi malapetaka yang dahsyat, dan pemuda itu menyetujui syarat tersebut.
Segera, mereka memiliki seorang putra, anak laki-laki itu tumbuh menjadi pemarah, tidak peduli, manja dan malas. Suatu hari, sang ibu menyuruh anaknya mengantarkan makanan untuk ayahnya yang sedang bekerja di ladang. Namun, selama perjalanan, bekal ayahnya habis tanpa sisa.
Ayah yang kelaparan itu marah karena dia sangat lapar, kemarahannya meningkat, “kejam, tidak tahu berterima kasih, ikan,” kata sang ayah kepada putranya.
Sang anak kemudian pulang ke rumah dan mengadukan perbuatan ayahnya kepada ibunya. Ibunya menangis karena suaminya telah melanggar sumpah atau janjinya. Perlahan-lahan sisik-sisik keemasan mulai menutupi tubuhnya, begitu juga dengan tubuh sang anak, keduanya berubah menjadi ikan.
Sang ayah menyadari kesalahannya dan kembali ke rumah, ia meratap dan meratap melihat istri dan anak-anaknya telah berubah menjadi ikan. Namun, tangisan dan semua penyesalan tidak bisa mengubah apapun, semuanya sudah terjadi.
Guntur bergemuruh, kilat menyambar, hujan deras turun berhari-hari. Seiring waktu itu menutupi tempat tinggal mereka di lembah, menjadi badan air yang luas. Kemudian sang ayah membenamkan diri di tanah yang tidak tergenang air. Perairan tersebut kini dikenal sebagai Danau Toba dan tempat ayahnya dimakamkan adalah Pulau Samosir.
Pesan moral dalam cerita ini dapat dibaca di halaman selanjutnya….
Simak Video “Jokowi Resmikan 7 Pelabuhan & Empat KMP di Kawasan Danau Toba”
[Gambas:Video 20detik]