
Batam –
Tanjak adalah salah satu aksesoris penutup kepala pria melayu yang mengarah ke atas. Terbuat dari kain songket yang dilipat panjang, tanjak seringkali berbentuk seperti kerudung yang diikat dengan gaya tertentu.
Berdasarkan kitab Destar Alam Melayu karya Johan Iskandar, Tanjak disebut-sebut sudah ada sejak tahun 1400. Dalam kitab itu disebutkan bahwa Tanjak pertama disebut tukang kayu takur atau disebut juga ibu tanjak. Kini penggunaan Tanjak semakin beragam dan biasanya dipadukan dengan pakaian melayu Kepulauan Riau.
Tarmizi, pengrajin Tanjak Rumahitam di Kota Batam mengatakan, Tanjak adalah ikat kepala laki-laki Melayu dan merupakan cara orang Melayu mengagungkan kepala secara fisik dan menjaga kepala atau pikiran tetap positif.
“Bukit ini merupakan cara nenek moyang Melayu memuliakan kepala mereka, dan memiliki berbagai bentuk dan motif,” katanya baru-baru ini.
Berbagai bentuk Tanjak biasanya digunakan oleh masyarakat Melayu Kepulauan Riau. (Alamudin Hamapu/detikSumatra)
Penggunaan Tanjak sendiri tidak hanya digunakan oleh kalangan bangsawan saja. Menurut Tarmizi, Tanjak digunakan oleh semua laki-laki Melayu. Saat ini penggunaan Tanjak biasanya terlihat pada acara-acara budaya. Ramp juga kini diperuntukkan bagi tamu-tamu penting yang tiba di Wilayah Kepulauan Riau.
Setidaknya berbagai jenis (model) Tanjak Melayu, di antaranya Lang Mengambang, Lang Menghadap Angin, Pantang Dendam, Ayam Tulang, Daun Kopi Cogan, Pucuk Pisang, Mumbang Separuh Dua. Ada lagi jenis Sekekelsang Bunga, Belalai Gajah, Panjat Tulang Raja, Kepiting Budu, Timba Solok, Ikan Pari Mudek, Buana, Tebing Rutuh, dan Kapten Terung.
“Tanjak itu seperti karangan, tidak hanya menulis puisi atau cerpen, ada istilah untuk menyusun tanjak. Dulu tanjak tidak dijahit untuk diikat, tapi sekarang karena kemajuan zaman langsung dibuat. dengan mesin jahit sehingga mudah digunakan,” ujarnya.
Sebagai pengrajin Tanjak, Tarmizi mengaku selalu berkreasi dan mengembangkan Tanjak yang dihasilkannya. Pengrajin Tanjak asal Batam ini juga telah menghasilkan banyak kreasi, salah satunya adalah Tanjak Tingkat Tinggi. Kiprahnya juga disematkan kepada Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Irjen Pol Tito Karnavian, saat keduanya melakukan kunjungan kerja ke Batam pada 2019 lalu.
Menurut Tarmizi, Masjid Tanjak ikonik yang dibangun di kawasan Bandara Hang Nadim ini memiliki corak nama yang disebut ‘Revenge Never Does’.
“Balas dendam jenis ini tidak lagi berarti balas dendam, tetapi gelombang cinta, bukan balas dendam kemarahan. Jenis balas dendam ini tidak umum dan banyak digunakan oleh masyarakat,” katanya.
Dibutuhkan waktu maksimal 2,5 jam untuk membuat 1 tanjakan. Selengkapnya di halaman berikutnya…
Simak Video “Anak Kecil di Batam Dipukul Sampai Mati oleh Pacar Ibu”
[Gambas:Video 20detik]