
Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah melemah selama 3 hari berturut-turut terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu lalu. Bahkan, cadangan devisa Indonesia akhirnya bertambah. Artinya, tekanan terhadap rupiah masih besar dan ada risiko pelemahan lebih lanjut pada perdagangan Kamis (8/12/2022).
Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan cadangan devisa pada November naik US$ 3,8 miliar menjadi US$ 134 miliar. Kenaikan ini merupakan yang terbesar sejak Agustus 2021.
“Kenaikan posisi cadangan devisa pada November 2022 dipengaruhi antara lain oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penerimaan devisa migas,” tulis BI dalam keterangan resmi hari ini.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Sebelumnya, cadangan devisa Indonesia yang turun selama 7 bulan berturut-turut digunakan BI untuk melakukan intervensi guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“Kita melakukan intervensi dalam jumlah besar. Cadangan devisa kita turun dari US$139,9 miliar menjadi sekitar US$130,1 miliar,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (21/11/2022). .
Tekanan terhadap rupiah masih kuat karena pasar kembali meragukan apakah bank sentral AS (The Fed) akan menurunkan laju kenaikan suku bunga bulan ini. Sebelumnya, pasar melihat Jerome Powell dkk menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin minggu depan, namun dengan data ekonomi yang masih terlihat kuat, ada kemungkinan kenaikan 75 basis poin lagi.
Secara teknikal, rupiah telah kembali di atas Rp15.450/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan minggu ini.
Level tersebut adalah Fibonacci Retracement 38,2%, diambil dari level terendah pada 24 Januari 2020 di Rp13.565/US$ dan tertinggi pada 23 Maret 2020 di Rp16.620/US$.
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitif
Rupiah, yang dilambangkan dengan USD/IDR, juga telah kembali di atas rata-rata pergerakan 50 hari (rata-rata bergerak 50/MA 50). Sehingga tekanan terhadap Mata Uang Garuda kembali besar.
Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak naik setelah mendekati wilayah oversold.
Stochastic adalah leading indicator, atau indikator yang memulai pergerakan harga. Saat Stochastic mencapai area overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga instrumen berpeluang berbalik arah.
Grafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitif
Namun jika dilihat dari stochastic 1 jam yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian mulai naik dari area overbought yang memberikan peluang harga untuk naik.
Support terdekat ada di kisaran Rp 15.600/US$ – Rp 15.590/US$. Jika ditembus. rupiah berpeluang menguat menuju Rp 15.530/US$.
Sedangkan selama berada di atas support, rupiah berisiko menuju Rp15.700/US$ hingga Rp15.720/US$.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Dolar semakin menguat, rupiah di atas IDR 15.000/USD
(pap/pap)