
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia naik 1% pada perdagangan kemarin setelah minggu yang sulit.
Pada perdagangan Senin (12/12/2022), minyak Brent tercatat US$77,99 per barel, naik 1,89%, sedangkan light sweet atau West Texas Intermediate melonjak 3% menjadi US$73,17 per barel.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Pekan lalu, harga minyak turun lebih dari 10% dan mencapai harga terendah dalam setahun.
Potensi kemacetan dalam pipa minyak mentah Keystone Kanada-AS TC Energy Corp membantu memulihkan harga.
“Perbaikan Keystone Pipeline tampaknya memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan (dan) meningkatkan kemungkinan penarikan stok lebih lanjut di Cushing,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.
Pedagang khawatir tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan dan memulai kembali aliran minyak dari pipa Keystone setelah lebih dari 14.000 barel minyak bocor minggu lalu, tumpahan minyak mentah AS terbesar dalam hampir satu dekade.
Keputusan negara-negara penghasil dan pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC+ untuk mengurangi produksi sebesar 2 juta barel per hari (bph) atau setara dengan 2% produksi global tidak mampu menaikkan harga emas hitam.
Sentimen di pasar terus diwarnai oleh kekhawatiran prospek ekonomi yang lebih negatif di tahun 2023.
Ancaman seputar inflasi tinggi, kenaikan suku bunga yang agresif hingga perang dapat menyeret ekonomi global ke jurang resesi.
Amerika Serikat (AS) sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia bahkan diprediksi akan jatuh ke dalam resesi dengan probabilitas di atas 60%.
Isu perlambatan ekonomi bahkan ancaman resesi membuat pelaku pasar khawatir akan prospek penurunan permintaan minyak, karena emas hitam merupakan input penting bagi aktivitas ekonomi.
Tim Riset CNBC Indonesia
Artikel Berikutnya
Lupakan The Fed, Harga Minyak Naik Lagi ‘Didukung’ China
(ras/ras)