
Jakarta –
DPR RI Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Sitorus meminta PT PLN (Persero) melanjutkan program konversi LPG ke kompor induksi bertenaga listrik dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dirut PT PLN (Persero), Senin (28/11/ 2022).
Menurut anggota Dewan Rakyat yang membidangi industri, investasi, dan persaingan usaha, konversi ke kompor listrik dapat menyerap pasokan listrik yang saat ini kelebihan kapasitas.
Dia menambahkan, konversi tersebut juga dapat mengurangi impor bahan bakar gas cair (LPG) yang selama ini dilakukan, seperti dikutip dari laman DPR.
Menyoroti wacana konversi LPG ke kompor gas, Kepala Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada, Ir Sarjiya, ST, MT, PhD, mendorong pemerintah untuk mengimplementasikan konversi kompor gas ke kompor listrik. Sarjiya mengatakan, konversi ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap LPG yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Selain itu, menurutnya, konversi kompor gas ke kompor listrik juga akan mendorong peningkatan penggunaan listrik di masyarakat. Pasalnya, sejumlah pembangkit PLN mengalami kelebihan daya pasca pembangunan proyek listrik 35 ribu Megawatt.
“Kami sepakat jika ada kebijakan kompor listrik menggantikan elpiji untuk mendukung elektrifikasi. Kita tahu elpiji yang digunakan 80-90 persen masih impor,” ujar Sarjiya dalam webinar Menuju Indonesia Bebas Emisi dengan Memanfaatkan Sumber Energi Listrik , dikutip dari laman UGM, Rabu (30/11/2022).
Sarjiya mengatakan, PLN saat ini mengalami kelebihan kapasitas produksi, sedangkan kebutuhan listrik tidak terlalu efisien.
Dia mengatakan, surplus listrik yang dihasilkan di Indonesia mencapai 30-40 persen di beberapa PLTU.
“Kelebihan kapasitas dengan investasi besar, tentu ada peningkatan biaya risiko yang harus ditanggung,” ujarnya.
Sarjiya mengatakan proyek listrik 35.000 Megawatt yang dicanangkan pemerintah cukup berhasil. Di sisi lain, kapasitas yang cukup besar harus diikuti dengan kebutuhan listrik, baik di industri maupun masyarakat umum.
“PLN berhasil membangun PLTU dengan kapasitas sangat besar. Namun kapasitas pembangkitan jauh melebihi kebutuhan,” ujarnya.
Program elektrifikasi dengan penggunaan kompor listrik, dia berharap bisa memanfaatkan kelebihan kapasitas produksi listrik PLN.
Selain skala rumah tangga, menurut Sarjiya, pemerintah juga perlu mendorong penggunaan listrik untuk transportasi.
Sumber Daya EBT Dunia, Namun Pemanfaatannya Rendah
Pakar energi terbarukan Filda C Yusgiantoro, MBA, PhD dari Yayasan Pusat Purnomo Yusgiantoro mengatakan Indonesia memiliki andil besar dalam kontribusi Energi Baru Terbarukan (EBT). Namun, realisasi kontribusi EBT terhadap bauran energi nasional masih di bawah target yang ditetapkan.
Ia menjelaskan beberapa sumber energi terbarukan yang ada di Indonesia antara lain energi panas matahari, energi angin, air, bioenergi, energi panas bumi, energi gelombang laut, dan energi nuklir.
Namun dengan potensi sumber daya sebesar 3.697 Gigawatt, penggunaan EBT di Indonesia masih rendah sekitar 11,6 Gigawatt. Angka tersebut setara dengan sekitar 0,31 persen dari total potensi pemanfaatan EBT di Indonesia.
Ia mengatakan batu bara masih mendominasi bauran energi nasional Indonesia, terutama di sektor pembangkit listrik.
Filda percaya bioenergi akan mendominasi penggunaannya di sektor transportasi di masa depan. Sedangkan di sektor ketenagalistrikan, penggunaan air, panas bumi, dan matahari dapat mendominasi.
Tonton Video “Konversi LPG 3 Kg ke Tungku Listrik Belum Selesai Tahun Ini”
[Gambas:Video 20detik]
(tw/nwk)