
Jakarta –
Fakta mengejutkan kembali terungkap. Baru-baru ini, peneliti dari University of New South Wales atau UNSW yang berlokasi di Sydney, Australia mengungkapkan bahwa bakteri dapat menyembuhkan dirinya sendiri.
Temuan yang dipublikasikan di Science Advances ini membuktikan bahwa flagela yang terdapat pada bakteri memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Flagela adalah perangkat seperti benang atau cambuk pada organisme bersel tunggal. Nah, flagela ini berfungsi sebagai alat pergerakan bakteri, bukan untuk kehidupan.
Bakteri sebagai Organisme Tertua dan Mendominasi Tubuh Manusia
Bakteri adalah salah satu organisme bersel tunggal kecil tertua di Bumi. Bakteri dapat ditemukan di banyak tempat, termasuk tubuh manusia yang mengandung lebih banyak sel bakteri daripada sel manusia.
Mengutip dari laman UNSW pada Jumat (9/12/2022), bakteri dikatakan bisa berenang. Kemampuan ini membantu untuk bertahan hidup dan menyebar ke berbagai tempat.
Namun, tidak banyak yang diketahui tentang bagaimana bakteri dapat beradaptasi dengan lingkungan yang tidak ramah.
Lakukan Riset untuk Mengubah Gerakan Flagela
Sebuah tim peneliti dari School of Biotechnology and Biomolecular Sciences adalah yang pertama di dunia yang menggunakan teknologi pengeditan gen, CRISPR, untuk memodifikasi flagela.
Jadi mereka merekayasa motor natrium ke dalam genom untuk menciptakan bakteri renang yang digerakkan oleh natrium.
Kemudian, mereka menguji dan melacak kemampuan bakteri untuk beradaptasi dengan lingkungan yang kekurangan natrium. Dalam hal ini, mereka menggunakan teknik biologi sintetik.
FYI, natrium adalah ion yang berarti membawa muatan. Nah, muatan inilah yang akan menggerakkan motor flagellum melalui stator, atau saluran ion.
Hasilnya, tim peneliti menemukan bahwa stator dapat dengan cepat memperbaiki motor flagel itu sendiri dan memulihkan gerakan. Penemuan ini menyebabkan kemajuan baru dalam ilmu biologi dan kedokteran.
“Kami menunjukkan bahwa perubahan lingkungan dapat menyebabkan saluran ion merespons dengan cepat,” kata Dr. Pietro Ridone, penulis utama studi tersebut.
Gerakan Bakteri Setara dengan Kecepatan F1
Tubuh manusia mengandung sekitar 10.000 jenis mesin molekuler yang menjalankan berbagai fungsi biologis mulai dari konversi energi hingga pergerakan.
Ini kontras dengan teknologi motorik pada bakteri yang melampaui manusia dalam skala nano. Pada sepersejuta butir pasir, ia dapat merakit dirinya sendiri dan berputar hingga lima kali kecepatan mesin Formula 1 atau F1.
“Motor yang menggerakkan perenang bakteri adalah keajaiban nanoteknologi,” kata Associate Professor Matthew Baker, penulis lain dalam studi tersebut.
Temuan ini mungkin memiliki aplikasi dalam memahami resistensi antimikroba dan virulensi penyakit.
“Itu juga bisa mengarahkan kita pada wawasan tentang bagaimana bakteri dapat beradaptasi dengan skenario perubahan iklim di masa depan.”
Tonton Video “Enam Anak di Inggris Meninggal Akibat Infeksi Bakteri Strep A”
[Gambas:Video 20detik]
(aeb/nwk)