
Pekanbaru –
Jemaah haji dari Indonesia mulai berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Gelombang jemaah haji yang berangkat dan pulang akan terus berlanjut hingga Agustus mendatang.
Bagi para peziarah yang tinggal di Sumatera, khususnya Melayu, ada tradisi yang tak boleh dilewatkan. Tradisi ini dilakukan pada saat keberangkatan jemaah haji ke Tanah Suci, sebagai bentuk rasa syukur saat melafalkan doa. Namanya tradisional, tepung biasa atau di Riau disebut Ketuk Tepung Segar.
Tradisi tepuk tepung terigu menjadi agenda penting bagi masyarakat melayu di Riau. Tradisi tersebut masih ada dan dipertahankan sebagai bentuk rasa terima kasih dari raja-raja sebelumnya.
Bagi orang Melayu, tradisi tepung terigu adalah ‘wajib’. Apalagi saat acara pernikahan, khitanan, aqiqah, upacara adat, haji menempati rumah baru.
“Tepuk Tepung Tawar artinya memberi selamat berdoa. Ini untuk semua orang, baik itu pengantin Melayu, khitanan, atau upacara adat,” jelas Mak Andam, Yusnizam saat berbincang dengan momen sesaatkemarin.
Sebagai penjaga pernikahan dan acara Melayu, Yusnizam menyebut Tepuk Tepung Tawar tradisi Melayu tradisional sejak zaman raja-raja. Contohnya adalah raja yang baru naik harus memiliki tepung tanpa garam.
Tepung terigu sendiri biasa dilakukan oleh tokoh adat dan kerabat dekat. Tidak terkecuali pejabat atau pemimpin dari tradisi Melayu.
Dalam pembuatan tepung biasa sendiri, ada beberapa bahan yang harus ada. Sarananya terdiri dari beras kunyit, beras putih, beras bersih, air wangi dan ramuan bunga.
“Kelima bahan ini wajib. Tapi sekarang untuk air wangi banyak yang menggantinya dengan bedak, tujuannya supaya baju pengantin atau yang di Tepung Tawar tidak kotor dan basah,” ujar wanita paruh baya yang akrab dikenal itu. dipanggil Nona Kabut.
Kelima bahan ini memiliki arti khusus. Nasi kunyit sebagai simbol tradisi melayu yang berwarna kuning pekat dan diberi rezeki yang melimpah.
Selain itu, nasi putih berarti kesucian. Kemudian nasi putih yang artinya kemakmuran.
Selain itu, ada juga soal pot bunga yang bermakna kemakmuran. Ini termasuk air wangi, yang dimaksudkan untuk menenangkan hati orang yang disadap.
“Materi memiliki 5 makna, seperti shalat 5 waktu. Masing-masing memiliki maknanya sendiri-sendiri,” ujarnya.
Cik Kabut Rak membantah bahwa tradisi menepuk tepung terigu merupakan tradisi raja-raja sebelumnya. Tradisi itu masih ada hingga sekarang dan terus dipertahankan.
“Dulu raja-raja Melayu juga. Raja-raja Melayu simbol tepukan tepung biasa, pakai Tepang Tepung Tawar saat naik tahta, ada tamu kehormatan yang mau beri gelar, pakai Tepang Tepung Tawar juga pakai.,” kata Bu Kabut.
Prosesi dan Upacara Penyadapan Tepung Tawar
Tradisi menepuk tepung terigu. Foto: Raja Adil Siregar/detikSumat
Proses penepungan tepung biasa sendiri dilakukan dengan cara mengambil daun untuk disemai. Daun diikat dan dicelupkan ke bahan yang sudah disiapkan untuk ditaburkan di tangan yang sudah ditaburi tepung.
Kemudian orang yang menepuk tepung biasanya mengambil nasi kunyit, nasi putih, nasi bertih dan bunga rampai untuk ditaburkan kepada orang-orang yang sedang menjalani prosesi adat sambil membacakan doa.
Selesai, derai tepung biasa menggelar ibadah dengan mengangkat tangan. Yang terpenting, jumlah orang yang ditunjuk untuk pengisi tepung biasa adalah angka ganjil.
Simak Video “Perahu Mini Jong Unik Tanjung Pinang Kepulauan Riau”
[Gambas:Video 20detik]
(negara/dpw)