
Jakarta –
Baru-baru ini orang dikejutkan dengan penemuan potongan jari dalam sayuran lodeh. Penemuan ini bermula dari dua warga yang membeli sayur mayur di sebuah warung di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Berdasarkan hasil penyelidikan dan pemeriksaan polisi, dipastikan bahwa pecahan jari tersebut adalah jari tangan manusia.
“Sudah dikonfirmasi oleh petugas medis di Puskesmas, katanya itu jari manusia dan identik,” kata Kasat Reskrim Polres Belu, Iptu Djafar Awad Alkatiri dikutip dari CNN Indonesia, Rabu (14/12). /2022).
Untuk mengungkap identitas pemilik jari tersebut, sejauh ini polisi telah memeriksa 5 orang saksi. Termasuk pemilik warung yang menjual sayur lodeh dan pemilik pabrik tahu.
Para ilmuwan memiliki cara untuk mengungkap identitas bagian tubuh
Selain pemeriksaan saksi untuk memperdalam kasus, di dunia forensik Ada cara ilmiah untuk mengungkap identitas bagian tubuh manusia.
Mantan Kepala Laboratorium DNA Pudokkes Tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) Mabes Polri, Drs. Putu T. Widodo, DFM, M.Si., mengatakan hal itu dilakukan dengan mengumpulkan data antemortem (sebelum kematian) dan postmortem (setelah kematian).
Jika kedua data tersebut cocok maka identitas korban akan lebih mudah diketahui. Namun jika keduanya tidak cocok maka pengambilan data akan diulang.
“Kalau dua data ini tidak ada, korban tidak bisa teridentifikasi,” ujarnya seperti dikutip dari laman resmi UGM, Rabu (14/12/2022).
Metode ilmiah seperti ini biasanya juga digunakan untuk mencari identitas korban kecelakaan pesawat.
Tantangan Pengumpulan Data Antemortem
Meski bisa dilakukan, sejauh ini pengumpulan data antemortem belum banyak dipelajari karena tidak mudah mencari sampel data korban yang masih hidup.
“Tantangannya jauh lebih besar, kita harus bertemu dengan keluarganya, teman dekat, tempat tinggal atau tempat nongkrongnya,” kata Widodo.
Sedangkan dalam mengidentifikasi korban, tim DVI biasanya menggunakan lima sumber data berupa data sidik jari, odontologi, DNA, data medis, dan harta benda korban.
“Spesial sidik jari, korban yang berusia di bawah 17 tahun sulit menemukan data sidik jari yang lengkap karena tidak memiliki kartu identitas. Begitu pula dengan data odontologi karena tidak semua dokter selalu mencatat gigi pasiennya. Susah mendapatkannya,” ujar alumni Fakultas Biologi UGM ini.
Tonton Video “Viral Polisi di Palembang Hentikan Pengemudi Truk yang Tidak Bersalah”
[Gambas:Video 20detik]
(fase/nwy)