
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga beras terpantau masih naik hari ini, Rabu (25/1/2023).
Panel Harga Badan Pangan pada pukul 16.51 WIB menunjukkan harga beras premium naik Rp 40 menjadi Rp 13.210 per kilogram dan medium naik Rp 30 menjadi Rp 11.600 per kilogram. Harga tersebut merupakan rata-rata nasional di tingkat pengecer.
Dimana, harga beras premium tertinggi dilaporkan Rp 17.660 per kilogram di Kalimantan Selatan dan terendah Rp 11.590 per kilogram di Sulawesi Selatan.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Sementara harga beras medium tertinggi dilaporkan Rp 13.730 di Sumbar dan terendah Rp 10.320 per kilogram di Sulsel.
Terbukti
Mengutip data Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian Tahun 2023, Rabu (25/1/2023), produksi beras nasional tahun 2022 tercatat melebihi 1,46 juta ton. . .
Di mana dijelaskan, angka produksi beras tahun 2022 meningkat sebesar 0,30 juta ton atau 0,95% menjadi 31,66 juta ton dibandingkan tahun 2021.
Diproduksi dari 10,45 juta hektare luas panen dengan produksi gabah kering giling (DKG) mencapai 54,95 juta ton.
Sepanjang 2022, produksi beras Indonesia tercatat 30,20 juta ton.
Di mana setiap bulannya konsumsi beras Tanah Air pada tahun 2022 dilaporkan berkisar antara 2,51 hingga 2,53 juta ton.
Hanya saja, meski secara keseluruhan menghasilkan surplus setahun, produksi beras Indonesia berfluktuasi setiap bulannya.
Maklum, produksi beras yang melebihi atau hampir dua kali lipat konsumsi hanya terjadi pada Maret dan April 2022, masing-masing sebesar 5,49 dan 4,45 juta ton.
Sedangkan pada bulan lainnya berkisar 2,3-2,7 juta ton.
Padahal, pada Januari, November, dan Desember 2022 produksi beras hanya 1,42 juta ton, 1,93 juta ton, dan 1,14 juta ton.
Data ini mendukung pernyataan Ketua Perhimpunan Petani Padi dan Petani Padi Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso terkait alasan kenaikan harga beras di Indonesia.
“Seperti yang sering saya sampaikan, kenaikan harga beras dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kecenderungan kenaikan harga beras saat ini karena pengaruh musim, sesuai dengan pola panen. Dimana pada Agustus hingga Februari produksi di bawah kebutuhan bulanan, kata Sutarto kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (25/1/2023).
“Petani memanfaatkan momentum ini untuk menaikkan harga gabah dan terlalu banyak penggilingan padi di area produksi dan pada saat seperti ini pemilik modal mampu bersaing (biasanya besar),” imbuhnya.
Selain itu, lanjutnya, faktor lain yang mempengaruhi kenaikan harga beras adalah kebijakan, strategi dan implementasi pemerintah dalam melaksanakan operasi pasar (OP).
Hanya, jika faktor musiman, apa yang membedakan situasi 2022 hingga pemerintah kemudian menyerah dan membuka jalur impor dibandingkan 2019-2021 ketika Indonesia dinyatakan mandiri beras?
“Karena kebijakan pemerintah, antara lain kenaikan BBM (bahan bakar minyak), fleksibilitas harga beli, stok pemerintah menipis, dan bukan OP besar-besaran,” jelas Sutarto.
“Dan, pemerintah lamban mengharapkan itu,” pungkas Sutarto.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Pedagang Teriak, Harga Beras Menggila
(dce/dce)